Petik Hikmah - Sejumlah pihak mulai kencang menyoroti sikap 
Mendagri Tjahjo Kumolo yang belum juga mengusulkan pemberhentian 
sementara Basuki Tjahaja Purnama meski sudah lama berstatus terdakwa.
Tjahjo Kumolo bersikukuh bahwa keputusan tersebut harus menunggu tuntutan jaksa.
Tjahjo berdalih, sikap tersebut harus dilakukan lantaran UU 23 Tahun 
2014 tentang Pemerintahan Daerah (UU Pemda) mengamanatkan kepala daerah 
diberhentikan jika sudah dituntut sekurangnya lima tahun. Sementara itu,
 hingga kemarin, belum ada tuntutan di pengadilan.
”Saya sebagai Mendagri akan mempertanggungjawabkan kepada presiden 
keputusan terkait Gubernur Ahok karena keputusan yang diambil sesuai 
UU,” ucapnya kemarin (10/2).
Kepala Biro Hukum Kemendagri Widodo Sigit Pudjianto menambahkan, Ahok didakwa pasal 156 dan 156a KUHP.
Pasal 156 mengatur ancaman pidana empat tahun, sedangkan pasal 156a lima tahun.
”Kami tidak mau gegabah mengeluarkan keputusan pemberhentian sementara Pak Ahok karena bisa saja ada tuntutan balik,” ujarnya.
Dengan demikian, lanjut dia, jika hingga hari ini (11/2) tidak ada 
kejelasan tuntutan lamanya ancaman, Ahok secara otomatis kembali aktif 
sebagai gubernur.
Dihubungi secara terpisah, Wakil Ketua Komisi II Lukman Edy meminta 
jangan sampai persoalan Ahok menimbulkan pertanyaan dan polemik 
berkepanjangan.
Menurut Lukman, setelah masa cuti Ahok selesai, dia dikembalikan sebagai gubernur definitif.
Namun, secara bersamaan, harus dikeluarkan SK presiden yang menonaktifkan mantan bupati Belitung Timur itu.
”Karena statusnya terdakwa. Walaupun ada tafsir yang berbeda,” terang dia.
Menurut dia, terdakwa itu terhitung ketika jaksa penuntut umum (JPU) 
mendaftarkan kasus tersebut ke pengadilan, kemudian berkas perkara 
diregister.
Setelah diregister, pihak tersangka berubah statusnya menjadi terdakwa. 
Mulai saat itu, gubernur yang terjerat kasus dugaan penistaan agama 
tersebut harus dinonaktifkan.
Politikus PKB tersebut menegaskan, jika Mendagri menafsirkan bahwa 
sebutan terdakwa itu dimulai ketika JPU membacakan tuntutan, menurut 
dia, Mendagri sudah menciptakan tafsir lain. Sikap tersebut akan bisa 
menimbulkan polemik karena multitafsir.
”Masyarakat pun akan bertanya-tanya dan menduga-duga ada apa dengan Mendagri?” ucap pria legislator asal Riau tersebut.
Karena itu, dia menyarankan sebaiknya Ahok segera diberhentikan sementara agar tidak ada lagi polemik.[jpnn]
 
g mengun
BANDUNG (Arrahmah.com) – Subanallah
 ternyata banyak yang disembunyikan oleh orang-orang barat tentang 
kehebatan Islam yang ditunjukan dalam bentuk kejadian alam di dunia ini.
 
Kepala Lembaga Mukjizat Ilmiah Al-Quran dan Sunnah di Mesir, Dr. Abdul Basith As-Sayyid menegaskan bahwa, Badan Nasional Antariksa Amerika (NASA) telah menyembunyikan kepada dunia bukti empiris ilmiah tentang (malam) Lailatul Qadar. Demikian dilansir BIP, Ahad (5/7/2015).
Setelah Carner masuk Islam, ia menafsirkan fenomena “mencium Hajar Aswad” atau mengisyaratkan kepadanya – seperti penjelasan Abdul Basith Sayyid – bahwa batu itu merekam semua orang mengisyaratkan kepadanya (dengan lambaian tangan) atau menciumnya. Carner juga mengungkapkan tentang sebagian potongan Hajar Aswad yang pernah dicuri. Setelah 12 tahun diteliti, seorang pakar museum Inggris menegaskan bahwa batu tersebut memang bukan dari planet tata surya Matahari.
Carner, pakar Inggris itu kemudian melihat sample Hajar Aswad sebesar biji (kacang) hims. Ia menemukan bahwa batu itu melancarkan gelombang pendek sebanyak 20 radiasi yang tidak terlihat ke segala arah. Setiap radiasi menembus 10 ribu kaki.
Kepala Lembaga Mukjizat Ilmiah Al-Quran dan Sunnah di Mesir, Dr. Abdul Basith As-Sayyid menegaskan bahwa, Badan Nasional Antariksa Amerika (NASA) telah menyembunyikan kepada dunia bukti empiris ilmiah tentang (malam) Lailatul Qadar. Demikian dilansir BIP, Ahad (5/7/2015).
Ia
 menyayangkan kelompok jutawan Arab yang kurang perhatian dengan masalah
 ini sehingga dunia tidak mengetahuinya. Menurutnya, sesuai dengan 
hadits Nabi bahwa malam Lailatul Qadar adalah “baljah” (بَلْجَة); 
tingkat suhunya sedang), tidak ada bintang atau meteor jatuh ke 
(atmosfer) bumi, dan pagi harinya matahari keluar dengan tanpa radiasi 
cahaya.”
Sayyid menegaskan, terbukti secara ilmiah bahwa setiap 
hari (hari-hari biasa) ada 10 bintang dan 20 ribu meteor yang jatuh ke 
atmosfer bumi, kecuali Lailatul Qadr dimana tidak ada radiasi cahaya 
sekalipun.
Hal ini sudah pernah 
ditemukan Badan Antariksa NASA 10 tahun lalu. Namun mereka enggan 
mempublikasikannya dengan alasan agar non Muslim tidak tertarik masuk 
Islam.
Statemen ini mengutip ucapan seorang pakar di NASA bernama Carner, seperti yang dikutip oleh harian Al-Wafd Mesir.
Hal tersebut dikemukakan Abdul
 Basith Sayyid, Kepala Lembaga Mukjizat Ilmiah Al-Quran dan Sunnah di 
Mesir, serta Dr. Abdul Basith As-Sayyid juga mendukung hal tersebut 
dalam sebuah program di TV Mesir.
Sayyid juga menegaskan, pakar Carner akhirnya masuk Islam dan harus kehilangan jabatannya di NASA. 
Ini
 bukan pertama kalinya, NASA mendapatkan kritikan dari pakar Islam. 
Pakar geologi Islam Zaglol Najjar pernah menegaskan, NASA pernah 
menghilangkan satu halaman di situs resminya yang pernah dipublikasikan 
selama 21 hari. Halaman itu berisi hasil ilmiah tentang cahaya aneh yang
 tidak terbatas dari Ka’bah di Baitullah ke Baitul Makmur di langit.
Sayyid menegaskan, “jendela” yang berada di langit itu mirip yang disebutkan dalam Al-Quran. 
وَلَوْ
 فَتْحنَا عَلَيْهِمْ بَابًا مِنْ السَّمَاء فَظَلُّوا فِيهِ يَعْرُجُونَ 
لَقَالُوا إِنَّمَا سُكِّرَتْ أَبْصَارنَا بَلْ نَحْنُ قَوْم مَسْحُورُونَ
“Dan
 jika seandainya Kami membukakan kepada mereka salah satu dari 
(pintu-pintu) langit, lalu mereka terus menerus naik ke atasnya. 
tentulah mereka berkata: “Se sungguhnya panda ngan kamilah yang 
dikaburkan, bahkan kami adalah orang orang yang kena sihir”.” (Al-Hijr: 
14)
Saat itu Carner menyaksikan dengan bukti jelas bahwa jagat 
raya saat itu gelap setelah “jendela” itu tersibak. Karenanya, setelah 
itu Carner mendeklarasikan keislamannya. Setelah Carner masuk Islam, ia menafsirkan fenomena “mencium Hajar Aswad” atau mengisyaratkan kepadanya – seperti penjelasan Abdul Basith Sayyid – bahwa batu itu merekam semua orang mengisyaratkan kepadanya (dengan lambaian tangan) atau menciumnya. Carner juga mengungkapkan tentang sebagian potongan Hajar Aswad yang pernah dicuri. Setelah 12 tahun diteliti, seorang pakar museum Inggris menegaskan bahwa batu tersebut memang bukan dari planet tata surya Matahari.
Carner, pakar Inggris itu kemudian melihat sample Hajar Aswad sebesar biji (kacang) hims. Ia menemukan bahwa batu itu melancarkan gelombang pendek sebanyak 20 radiasi yang tidak terlihat ke segala arah. Setiap radiasi menembus 10 ribu kaki.
Carner menambahkan, batu itu mampu 
mencatat nama-nama orang yang berhaji dengan radiasi gelombangnya. 
Sebagaimana, tegas Sayyid Abdul Basith, Imam Syafi’i menyatakan bahwa 
Hajar Aswad mencatat nama setiap orang yang mengunjunginya baik dalam 
haji atau umroh sekali saja. (adibahasan/arrahmah.com)
 - See more at: 
https://www.arrahmah.com/ramadhan/pakar-nasa-ini-masuk-islam-pasca-sembunyikan-fakta-lailatul-qadar.html#sthash.VzCN0TYN.dpuf
BANDUNG (Arrahmah.com) – Subanallah
 ternyata banyak yang disembunyikan oleh orang-orang barat tentang 
kehebatan Islam yang ditunjukan dalam bentuk kejadian alam di dunia ini.
 
Kepala Lembaga Mukjizat Ilmiah Al-Quran dan Sunnah di Mesir, Dr. Abdul Basith As-Sayyid menegaskan bahwa, Badan Nasional Antariksa Amerika (NASA) telah menyembunyikan kepada dunia bukti empiris ilmiah tentang (malam) Lailatul Qadar. Demikian dilansir BIP, Ahad (5/7/2015).
Setelah Carner masuk Islam, ia menafsirkan fenomena “mencium Hajar Aswad” atau mengisyaratkan kepadanya – seperti penjelasan Abdul Basith Sayyid – bahwa batu itu merekam semua orang mengisyaratkan kepadanya (dengan lambaian tangan) atau menciumnya. Carner juga mengungkapkan tentang sebagian potongan Hajar Aswad yang pernah dicuri. Setelah 12 tahun diteliti, seorang pakar museum Inggris menegaskan bahwa batu tersebut memang bukan dari planet tata surya Matahari.
Carner, pakar Inggris itu kemudian melihat sample Hajar Aswad sebesar biji (kacang) hims. Ia menemukan bahwa batu itu melancarkan gelombang pendek sebanyak 20 radiasi yang tidak terlihat ke segala arah. Setiap radiasi menembus 10 ribu kaki.
Kepala Lembaga Mukjizat Ilmiah Al-Quran dan Sunnah di Mesir, Dr. Abdul Basith As-Sayyid menegaskan bahwa, Badan Nasional Antariksa Amerika (NASA) telah menyembunyikan kepada dunia bukti empiris ilmiah tentang (malam) Lailatul Qadar. Demikian dilansir BIP, Ahad (5/7/2015).
Ia
 menyayangkan kelompok jutawan Arab yang kurang perhatian dengan masalah
 ini sehingga dunia tidak mengetahuinya. Menurutnya, sesuai dengan 
hadits Nabi bahwa malam Lailatul Qadar adalah “baljah” (بَلْجَة); 
tingkat suhunya sedang), tidak ada bintang atau meteor jatuh ke 
(atmosfer) bumi, dan pagi harinya matahari keluar dengan tanpa radiasi 
cahaya.”
Sayyid menegaskan, terbukti secara ilmiah bahwa setiap 
hari (hari-hari biasa) ada 10 bintang dan 20 ribu meteor yang jatuh ke 
atmosfer bumi, kecuali Lailatul Qadr dimana tidak ada radiasi cahaya 
sekalipun.
Hal ini sudah pernah 
ditemukan Badan Antariksa NASA 10 tahun lalu. Namun mereka enggan 
mempublikasikannya dengan alasan agar non Muslim tidak tertarik masuk 
Islam.
Statemen ini mengutip ucapan seorang pakar di NASA bernama Carner, seperti yang dikutip oleh harian Al-Wafd Mesir.
Hal tersebut dikemukakan Abdul
 Basith Sayyid, Kepala Lembaga Mukjizat Ilmiah Al-Quran dan Sunnah di 
Mesir, serta Dr. Abdul Basith As-Sayyid juga mendukung hal tersebut 
dalam sebuah program di TV Mesir.
Sayyid juga menegaskan, pakar Carner akhirnya masuk Islam dan harus kehilangan jabatannya di NASA. 
Ini
 bukan pertama kalinya, NASA mendapatkan kritikan dari pakar Islam. 
Pakar geologi Islam Zaglol Najjar pernah menegaskan, NASA pernah 
menghilangkan satu halaman di situs resminya yang pernah dipublikasikan 
selama 21 hari. Halaman itu berisi hasil ilmiah tentang cahaya aneh yang
 tidak terbatas dari Ka’bah di Baitullah ke Baitul Makmur di langit.
Sayyid menegaskan, “jendela” yang berada di langit itu mirip yang disebutkan dalam Al-Quran. 
وَلَوْ
 فَتْحنَا عَلَيْهِمْ بَابًا مِنْ السَّمَاء فَظَلُّوا فِيهِ يَعْرُجُونَ 
لَقَالُوا إِنَّمَا سُكِّرَتْ أَبْصَارنَا بَلْ نَحْنُ قَوْم مَسْحُورُونَ
“Dan
 jika seandainya Kami membukakan kepada mereka salah satu dari 
(pintu-pintu) langit, lalu mereka terus menerus naik ke atasnya. 
tentulah mereka berkata: “Se sungguhnya panda ngan kamilah yang 
dikaburkan, bahkan kami adalah orang orang yang kena sihir”.” (Al-Hijr: 
14)
Saat itu Carner menyaksikan dengan bukti jelas bahwa jagat 
raya saat itu gelap setelah “jendela” itu tersibak. Karenanya, setelah 
itu Carner mendeklarasikan keislamannya. Setelah Carner masuk Islam, ia menafsirkan fenomena “mencium Hajar Aswad” atau mengisyaratkan kepadanya – seperti penjelasan Abdul Basith Sayyid – bahwa batu itu merekam semua orang mengisyaratkan kepadanya (dengan lambaian tangan) atau menciumnya. Carner juga mengungkapkan tentang sebagian potongan Hajar Aswad yang pernah dicuri. Setelah 12 tahun diteliti, seorang pakar museum Inggris menegaskan bahwa batu tersebut memang bukan dari planet tata surya Matahari.
Carner, pakar Inggris itu kemudian melihat sample Hajar Aswad sebesar biji (kacang) hims. Ia menemukan bahwa batu itu melancarkan gelombang pendek sebanyak 20 radiasi yang tidak terlihat ke segala arah. Setiap radiasi menembus 10 ribu kaki.
Carner menambahkan, batu itu mampu 
mencatat nama-nama orang yang berhaji dengan radiasi gelombangnya. 
Sebagaimana, tegas Sayyid Abdul Basith, Imam Syafi’i menyatakan bahwa 
Hajar Aswad mencatat nama setiap orang yang mengunjunginya baik dalam 
haji atau umroh sekali saja. (adibahasan/arrahmah.com)
 - See more at: 
https://www.arrahmah.com/ramadhan/pakar-nasa-ini-masuk-islam-pasca-sembunyikan-fakta-lailatul-qadar.html#sthash.VzCN0TYN.dpuf




0 on: "Sejumlah Pihak Mulai Kencang Menyoroti, Ada Apa dengan Mendagri?"