Petik Hikmah - Hajar adalah istri kedua Ibrahim A.S.
setelah Sarah A.S. Hajar adalah budak dari Sarah yang diberikannya untuk
dinikahi suaminya (Ibrahim A.S.), karena Sarah A.S. tidak bisa
mempunyai anak lagi karena sudah terlalu tua.
Dan Allah Subhanahu wa ta’ala merahmati
mereka dengan seorang anak dari Hajar A.S. yang dinamakan Ismail A.S.
yang dikemudian hari Ismail dijadikan Allah Subhanahu wa ta’ala sebagai
seorang nabi.
Ismail adalah anak satu-satunya Ibrahim
yang lahir ketika Ibrahim A.S. sudah berumur lebih dari 80 tahun. Allah
Subhanahu wa ta’ala memberikannya anak setelah sekian lama dia
merindukannya.
Ditinggal di tengah gurun
Tiba-tiba pada suatu hari Ibrahim A.S.
menerima perintah bahwa dia harus membawa Hajar A.S. (istrinya) dan
Ismail A.S. yang baru lahir, ke suatu gurun pasir, yang sekarang kita
ketahui sebagai kota Mekkah.
Pada masa itu tidak ada apapun disana, di
sana tidak ada orang sama sekali, gurun itu benar-benar kosong. Dia
diperintahkan untuk meninggalkan mereka berdua di sana.
Jadi dia berjalan ke tempat itu, dan
Hajar A.S. tidak tahu apa-apa, yang dia tahu adalah mereka akan
melakukan perjalanan dan akan kembali ke rumah. Ketika mereka sampai di
tengah gurun, mereka duduk-duduk.
Kemudian Ibrahim A.S. bangkit dan mulai
berjalan kembali ke Palestina, dan dia tidak bilang apa-apa kepada
istrinya. Lalu Hajar A.S. mengejarnya sambil berkata:
“Ya Ibrahim, kepada siapa kau meninggalkan kami? Tidak ada seorang pun disini.”
Tapi Ibrahim A.S. tidak menjawab
pertanyaannya, karena jika dia menjawab, maka akan terjadi percakapan,
dan dia takut hatinya menjadi luluh. Dia harus memenuhi perintah Allah
Subhanahu wa ta’ala karena Dia punya rencana.
Jadi dia tetap berjalan tanpa menoleh kepada istrinya, dan istrinya tetap mengikutinya.
“Ya Ibrahim, kepada siapa kau meninggalkan kami?”
Dia tetap tidak menjawab dan terus
berjalan. Akhirnya Hajar A.S. berhenti sejenak dan berpikir, dan karena
kesalehan dan pengetahuan yang diberikan Allah Subhanahu wa ta’ala, dia
bertanya satu pertanyaan yang sederhana.
“Ya Ibrahim! Apakah Allah yang telah memerintahkanmu untuk melakukan ini?”
Dan Ibrahim A.S. masih tanpa menoleh kepadanya, menjawab hanya dengan satu jawaban. “Ya”, kata Ibrahim sambil terus berjalan.
Lalu Hajar A.S. berhenti dan mengamati suaminya berjalan semakin jauh, dia menjadi tenang dan berkata:
“Dengan begitu, Allah tidak akan membiarkan kita… Allah tidak akan membiarkan kita.”
Allah Subhanahu wa ta’ala Maha Besar.
Bayangkan diri kalian ditempatkan dalam situasi seperti itu.
Bayangkanlah seandainya kalian adalah seorang wanita yang ditinggalkan
suaminya di tengah-tengah gurun pasir yang sunyi karena perintah Allah
Subhanahu wa ta’ala.
Bahkan banyak pria zaman sekarang yang
tidak bisa melakukan apa yang Hajar A.S. lakukan. Pria mana yang dapat
melakukan itu? Sedangkan dia adalah wanita, dia memiliki kekuatan
layaknya ratusan pria pada masanya.
Dalam hatinya, Hajar A.S. berkata “Allah tidak akan membiarkan kita.”
Nabi Ibrahim AS, bukanlah pergi atas
kemauannya sendiri. Semua itu adalah atas perintah Allah. Dengan berat
hati ia melanjutkan perjalanan sampai ke Tsaniah, di mana istri dan
anaknya tak lagi bisa melihatnya. Bagaimanakah hati seorang ayah? Baru
saja merasa senang karena mendapat seorang anak, sudah harus berpisah.
Ayah yang begitu penyayang itu tentulah
sedih. Namun, Nabi Ibrahim yakin Allah menginginkan yang terbaik untuk
hamba-Nya. Nabi Ibrahim menghadapkan wajahnya ke Baitullah seraya
mengangkat kedua tangannya dan berdoa,
“Ya Tuhan kami,
sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang
tidak memiliki pepohonan, yaitu di sisi rumah-Mu yang suci.
Mudah-mudahan mereka berterima kasih.”
Benar-benar percaya kepada Allah
Subhanahu wa ta’ala, oleh karena kesolehan Hajar A.S. maka Allah
menjadikannya sebagai penghuni surga.
Anaknya haus dan menangis maka munculah Air Zamzam
Sementara itu, Siti Hajar menyusui Ismail
kecil dan minum dari tempat perbekalannya. Setelah air habis, ia
kehausan dan susu pun tak keluar. Demikian pula anaknya yang juga
kehausan. Siti Hajar memperhatikan anaknya yang berguling-guling
kehausan. Ia tak tega. Dengan penuh cinta, ia beranjak pergi mendaki
Bukit Shafa.
Ia berharap ada orang yang akan
menolongnya atau menemukan lokasi air. Ketika tak menemukan apa yang
dicarinya, ia menaiki Bukit Marwah. Terus-menerus seperti itu sebanyak
tujuh kali.
Ia berlari-lari antara Safa dan Marwa
karena Hajar A.S. seakan melihat genangan air ditengah gurun pasir,
padahal itu hanyalah fatamorgana akibat teriknya matahari.
Ismail masih tetap merengek-rengek
menahan lapar dan dahaga. Kemudian datanglah pertolongan Allah Subhanahu
wa ta’ala memberikan mereka sebuah sumber air yang justru keluar dari
dalam tanah akibat hentakan kaki mungil Ismail A.S. yang sedang menangis
meronta-ronta karena haus. Tiba-tiba air keluar dari bawah kaki Ismail
kecil yang menangis karena kehausan.
Hajar A.S. kembali mendekati Ismail A.S.,
Hajar takjub dan berkata, ”Zamzam, zamzam. Berkumpul-berkumpul.” Ia
segera membuat kolam kecil agar air Zamzam tak kemana-mana dan berusaha
mengumpulkan air yang melimpah itu, yang disebut air Zamzam (زمزم) yang
berarti banyak atau melimpah-ruah.
Ibnu Abbas berkata bahwa Rasulullah SAW, bersabda,
“Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada bunda Ismail, Siti Hajar. Jika ia membiarkan Zamzam atau jika ia tidak membuat kolam, niscaya Zamzam menjadi mata air yang mengalir.”
Siti Hajar AS minum lalu kembali menyusui
anaknya. Dengan limpahan karunia berupa air yang diberikan Allah
kepadanya, banyak manusia singgah dan menetap di sana hingga ramailah
tempat itu.
Karena ada Air Zamzam orang-orang mulai berkumpul dan menetap
Akibat keberadaan air Zamzam, kemudian
sekelompok orang datang dan tinggal di sana. Seiring berjalannya waktu,
maka tumbuhlah sebuah desa disana. Ismail A.S. dan Hajar A.S. tumbuh
diantara orang-orang ini. Pada akhirnya orang-orang semakin ramai
berdatangan ke sana hingga akhirnya tumbuhlah sebuah kota.
Kota ini tercipta karena kesolehan Hajar.
Allah Subhanahu wa ta’ala mengangkat derajatnya di dalam Al-Qur’an, dia
diangkat derajatnya hingga akhir mana. Jutaan muslim di seluruh dunia
pergi berhaji.
Baik pria dan wanita melakukan ritual
haji dengan berlari-lari antara Safa dan Marwa sebanyak 7 kali, seperti
yang pernah dilakukan oleh Siti Hajar A.S. karena kesolehannya kepada
Allah, dan kegigihannya mencarikan air untuk anaknya
Dan disini, Hajar A.S. menjadi teladan terbaik bukan hanya bagi kaum wanita, tapi juga bagi para pria.
Imam Ghazali R.A. berkata: “Jika kalian
melihat Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Agung, menahan dunia ini darimu,
terus-menerus mengujimu dengan cobaan dan musibah, ketahuilah bahwa kau
mempunyai derajat yang tinggi di sisi-Nya. Dia mengujimu seperti Dia
juga menguji para aulia dan orang-orang yang terpilih. Dia mengawasimu,
dan tidakkah kau mendengar firman-Nya?”.
“Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami.” (Q.S. Ath Thuur:48).
Dialah Allah Subhanahu wa ta’ala, Perencana yang Paling Baik.
Siti Hajar mengerti Allah sangat
menyayanginya. Ia yakin Allah akan selalu menolongnya. Allah Yang Maha
Membalas kebaikan hamba-hamba-Nya dan mengabadikan namanya hingga kini.
Siti Hajar tetap dikenang orang sampai sekarang.
Air Zamzam merupakan sumur mata air yang
kini terletak di kawasan Masjidil Haram, sebelah tenggara Kabah, yang
berkedalaman 42 meter. Zamzam adalah mata air sejak ribuan tahun lalu,
sejak masa Nabi Ibrahim A.S. yang pada masa kini dan masa mendatang tak
pernah habis, walau sudah diminum oleh ratusan juta manusia. Hingga
akhir zaman air Zamzam dianggap sebagai air suci oleh umat Islam. (sumber: lampuislam)
“Guide us to the Straight Path” (QS 1:6)
0 on: "Kisah Wanita Hebat, Siti Hajar Dan Terciptanya Kota Mekkah"