بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
1. Ayahnya Melayani Tantangan Duel
Sebelum kedua pasukan itu bertempur, terlebih dahulu seperti
biasa diadakan duel. Abdurrahman maju
ke depan dan meminta lawan dari pihak Muslim. Maka bangkitlah ayahnya, Abu Bakar
Ash-Shiddiq, siap melayani tantangan anaknya. Namun Rasulullah saw.
menahan sahabatnya itu dan menghalanginya melakukan perang tanding melawan
putranya sendiri. Walau bagaimanapun hormatnya Abdurrahman kepada ayahnya,
dan begitu percayanya ia akan kebesaran jiwa dan keluruhan budi sang ayah, ia
tak terpengaruh oleh keislaman Abu Bakar. Ia kokoh membela berhala-berhala
Quraiys. Orang-orang seperti ini, tidak buta akan kebenaran, walaupun untuk
mencapai hal itu diperlukan waktu yang lama.
Demikianlah, ketika Abdurrahman memeluk Islam dan kembali ke
pangkuan agama yang haq, maka bercahayalah wajah Abu Bakar melihat putranya itu
ketika menyatakan baiat kepada Rasulullah. Di waktu kafirnya, ia adalah seorang
yang jantan, maka sekarang di waktu Islamnya pun, ia tetap jantan. Sejak
saat itu, Abdurrahman berusaha sekuat tenaga untuk menyusul
ketinggalan-ketinggalannya selama ini, baik di jalan Allah maupun di jalan
Rasulullah dan orang-orang Mukmin. Pada masa Rasulullah dan para khalifah
sesudah beliau, Abdurrahman tak ketinggalan dalam mengambil bagian dalam
peperangan, dan tak pernah berpangku tangan dalam jihad.
2. Jasanya Bagi Islam
Dalam Perang Yamamah yang terkenal itu, jasanya
amat besar. Keteguhan dan keberaniannya memiliki peran besar dalam merebut
kemenangan dari tentara Musailamah Al-Kadzab dan
orang-orang yang murtad. Bahkan dialah yang menghabisi riwayat Mahkam
bin Thufail, yang menjadi perencana bagi Musailamah. Dengan segala daya dan
upaya ia berhasil mengepung benteng pertahanan mereka yang strategis. Di
bawah naungan Islam, sifat-sifat utama Abdurrahman bertambah tajam dan lebih
menonjol. Kecintaan dan keyakinannya serta kemauan yang teguh untuk mengikuti
apa yang dianggapnya haq dan benar, merupakan sari hidup dan permata
kepribadiannya. Ia tiada terpengaruh sedikit pun oleh suatu pancingan atau
tekanan. Bahkan pada saat yang amat gawat, ketika Muawiyah memutuskan hendak
memberikan baiat khalifah kepada Yazid dengan
menggunakan ketajaman senjata.
3. Dipaksa Bai'at oleh Mua'wiyah
Muawiyah mengirim surat kepada Marwan,
gubernurnya di Madinah, dan menyuruh untuk membacakannya kepada kaum Muslimin
di masjid. Marwan melaksanakan perintah itu, namun belum selesai ia membaca,
Abdurrahman bin Abu Bakar bangkit dan berkata, "Demi
Allah, rupanya bukan kebebasan memilih yang anda berikan kepada umat Nabi
Muhammad saw., tetapi anda hendak menjadikannya kerajaan seperti Romawi
sehingga bila seorang kaisar meninggal, tampillah kaisar lain sebagai
penggantinya."Saat itu Abdurrahman melihat bahaya besar yang sedang mengancam
umat Islam, seandaianya Muawiyah melanjutkan rencananya itu. Belum lagi selesai
Abdurrahman melontarkan kecaman keras ini kepada Marwan, ia telah disokong oleh
segolongan Muslimin yang dipimpin oleh Husein bin Ali, Abdullah
bin Zubair, dan Abdullah bin Umar.
4. Wafat di Makkah
Di belakang hari muncul beberapa keadaan mendesak yang memaksa
Husein, Ibnu Zubair dan Ibnu Umar berdiam diri terhadap rencana baiat yang
hendak dilaksanakan Muawiyah dengan kekuatan senjata ini. Namun
Abdurrahman tidak putus asa menyatakan batalnya baiat tersebut secara terus
terang. Tatkala diketahuinya setelah itu bahwa Muawiyah sedang bersiap-siap
akan melakukan kunjungan ke Madinah,
Abdurrahman segera meninggalkan kota itu menuju Makkah.
Rupanya iradah Allah akan menghindarkan dirinya
dari bencana dan akibat pendiriannya ini. Karena baru saja ia sampai kota
Makkah dan tinggal sebentar di sana, ia wafat.
Orang-orang mengusung jenazahnya di bahu-bahu mereka dan
membawanya ke sebuah dataran tinggi kota Makkah lalu menguburkannya di sana; di
bawah tanah yang telah menyaksikan masa Jahiliyahnya, dan juga telah
menyaksikan masa keislamannya.
Sebarkan !!! insyaallah bermanfaat.
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ
ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ
“Maha
suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada
Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
Dirangkum dari berbagai sumber.
0 on: "Kisah Abdurrahman bin Abi Bakar; Menolak Berbai'at Kepada Yazid bin Mu'awiyah"