1. Bacaan al-Qur'annya Sangat Merdu
Ketika Islam mulai tersiar di Madinah, Abbad bin Bisyr Al-Asyhaly masih
muda. Dalam kegiatan sehari-hari dia memperlihatkan tingkah laku yang
baik, bersikap seperti orang-orang yang sudah dewasa, kendati usianya
belum mencapai dua puluh lima tahun.
Dia mendekatkan diri
kepada seorang da'i dari Makkah, yaitu Mush’ab bin Umair. Dalam tempo
singkat, hati keduanya terikat dalam ikatan iman yang kokoh. Abbad mulai
belajar membaca Al-Qur'an kepada Mush’ab. Suaranya merdu, menyejukkan
dan menawan hati. Oleh karena itu, ia terkenal di kalangan para sahabat
sebagai imam dan pembaca Al-Qur'an. Pada suatu malam ketika Rasulullah
Saw sedang melaksanakan shalat tahajud di rumah Aisyah yang berdempetan
dengan masjid. Terdengar oleh beliau suara Abbad bin Bisyr membaca
Al-Qur'an dengan suara yang merdu.
“Ya Aisyah,suara Abbad bin Bisyrkah itu?” tanya Rasulullah.
“Betul, ya Rasulullah!” jawab Aisyah.
Rasulullah berdoa, “Ya Allah, ampunilah dia!”
2. Dipanah Ketika Sedang Shalat Malam
Abbad bin Bisyr turut
berperang bersama Rasulullah Saw. dalam tiap peperangan yang beliau
pimpin. Dalam peperangan-peperangan itu dia bertugas sebagai pembawa
Al-Qur'an. Ketika Rasulullah kembali dari Perang Dzatur Riqa’, beliau
beristirahat dengan seluruh pasukan Muslim di lereng sebuah bukit.
Setibanya di tempat perhentian di atas bukit Rasulullah bertanya, “Siapa
yang bertugas jaga malam ini?”
Abbad bin Bisyr dan
Ammar bin Yasir berdiri, “Kami, ya Rasulullah!” kata keduanya serentak.
Rasulullah telah menjadikan keduanya bersaudara ketika kaum Muhajirin
baru tiba di Madinah. Ketika keduanya keluar ke pos penjagaan, Abbad
bertanya kepada Ammar, “Siapa di antara kita yang berjaga terlebih
dahulu?”
“Aku yang tidur lebih dahulu,” jawab Ammar yang bersiap-siap untuk berbaring tidak jauh dari tempat penjagaan.
Dalam suasana malam yang
tenang dan hening, Abbad shalat malam dan larut dalam manisnya
ayat-ayat Al-Qur'an yang dibacanya. Dalam shalat itu ia membaca surat
Al-Kahfi dengan suara memilukan bagi siapa saja yang mendengarnya.
Ketika Abbad tenggelam
dalam mahabbah dengan Rabb-nya, seorang laki-laki datang dengan
tergesa-gesa dan melihat seorang hamba Allah sedang beribadah. Lelaki
itu yakin bahwa Rasulullah ada di tempat itu dan orang yang sedang
shalat itu adalah pengawal yang bertugas jaga.
Orang itu menyiapkan
anak panah dan memanah Abbad dengan tepat mengenai tubuhnya. Abbad
mencabut anak panah yang bersarang di tubuhnya sambil meneruskan bacaan
dan tenggelam dalam shalat. Orang itu memanah lagi dan mengenai Abbad
dengan jitu. Abbad kembali mencabut anak panah lalu meneruskan
ibadahnya. Kemudian orang itu memanah lagi. Abbad mencabut lagi anak
panah dari tubuhnya seperti dua anak panah terdahulu.
Giliran jaga bagi Ammar
bin Yasir pun tiba. Abbad merangkak ke dekat saudaranya yang tidur, lalu
membangunkannya seraya berkata, “Bangunlah! Aku terluka parah dan
lemas.”
Sementara itu, melihat
mereka berdua, si pemanah buru-buru melarikan diri. Ammar menoleh ke
arah Abbad dan melihat darah bercucuran dari tiga luka di tubuhnya.
“Subhanallah! Mengapa engkau tidak membangunkan aku ketika panah pertama
mengenaimu?” tanyanya keheranan.
“Aku sedang membaca
Al-Qur'an dalam shalat. Aku tidak ingin memutuskan bacaanku sebelum
selesai. Demi Allah, kalaulah tidak karena takut akan menyia-nyiakan
tugas jaga yang dibebankan Rasulullah, menjaga pos perkemahan kaum
Muslimin, biarlah tubuhku putus daripada memutuskan bacaan dalam
shalat,” jawab Abbad.
3. Syahid di Kebun Maut
Ketika perang
memberantas orang-orang murtad berkecamuk pada masa Khalifah Abu Bakar
Ash-Shiddiq, khalifah menyiapkan pasukan besar untuk menindas kekacauan
yang ditimbulkan oleh Musailamah Al-Kadzab. Abbad bin Bisyr termasuk pelopor dalam pasukan tersebut.
Abbad dan pasukannya menyerbu dan memecah pasukan musuh, serta menebar maut dengan pedangnya. Kemunculannya menyebabkan pasukan Musailamah Al-Kadzab terdesak mundur dan melarikan diri ke Kebun Maut.
Di sana, dekat pagar
tembok Kebun Maut, Abbad gugur sebagai syahid. Tubuhnya penuh dengan
luka bekas bacokan pedang, tusukan lembing, dan panah yang menancap.
Para sahabat hampir tak ada yang mengenalinya, kecuali setelah melihat
beberapa tanda di bagian tubuhnya yang lain.
Sebarkan !!! insyaallah bermanfaat.
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ
“Maha
suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada
Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
0 on: "Kisah 'Abbad bin Bisyir; Kekhusu'an Membaca Al-Qur'an Tak Merasakan Panah Menancap"