Petik Hikmah - Bogor, Kantor Imigrasi Kelas II Bogor kembali mengendus keberadaan tenaga kerja asing (TKA) ilegal asal Tiongkok di Bogor, Jawa Barat. Petugas menyisir keberadaan TKA di kawasan tambang Emas dan Galena, Cigudeg, Kabupaten Bogor. Di wilayah perbukitan itu, puluhan bahkan diduga ratusan TKA membangun "Desa Tiongkok" kecil di sana.
Desa Tiongkok di Gerebek,Berlokasi Ditengah Hutan Petugas Berhasil Tangkap WNA Ilegal China.
Dua wartawan Radar Bogor (Jawa Pos Group) Zaenal Abidin dan Muhammad 
Aprian Romadhoni turut bersama petugas saat penggerebkan, kemarin 
(10/1). Pagi pukul 08.00 WIB, 20 anggota tim yang dipimpin langsung 
Kepala Kantor Imigrasi Kelas III Bogor Herman Lukman, bergerak ke 
perbukitan Cigudeg, Kabupaten Bogor. 
Menggunakan 10 kendaraan 4x4 dan minibus, tim didampingi beberapa 
petugas polisi bersenjata. Misinya, menggerebek perkampungan TKA asal 
Tiongkok di perbukitan Cigudeg, wilayah barat Kabupaten Bogor. Sekitar 
pukul 11.00 WIB, tim tiba di kaki bukit, beberapa kilometer dari lokasi 
sasaran. 
Udara cukup sejuk, sedikit tertutup kabut. Sebelum melanjutkan 
perjalanan, ketua rombongan menggelar briefing dan membagi petugas ke 
dalam dua tim. Mereka akan bergerak terpisah ke dua lokasi berbeda. 
Selang 15 menit kemudian, tim pertama melanjutkan perjalanan melalui 
Kampung Cipangaur, Desa Centamanik. 
Medannya cukup berat, jalanan berliku dan tikungan curam. Minibus yang 
ditumpangi tim beberapa kali nyaris terperosok ke jurang. Hingga 
terpaksa menyusuri tepian hutan. Perjalanan masih jauh, namun medan tak 
memungkinkan lagi dilewati kendaraan. 
Meminta bantuan warga sekitar, sekitar tujuh anggota tim kemudian 
meminta bantuan warga sekitar meminjam sepeda motor. Tapi lagi-lagi, 
sepeda motor pun tak mampu menembus jalanan berlumpur. Tim memutuskan 
untuk berjalan kaki menuju lokasi. Samar terdengar dari radio panggil 
salah satu petugas, tim kedua juga sudah tiba di lokasi sasaran.
Kepala Kantor Imigrasi Herman Lukman turut di tim pertama, didampingi 
Kasi Pengawasan dan Penindakan pada Kantor Imigrasi Kelas II Bogor, 
Arief Haizirin Satoto. Herman sejenak mengatur strategi. Setelah tiga 
jam menembus semak belukar, tampak di kejauhan atap sejumlah bilik 
menyerupai asrama. 
Semakin mendekat, terlihat jelas kertas tempel berwarna merah 
bertuliskan bahasa Mandarin. Bangkai traktor pengangkut batu tergelak 
tak keruan. Satu komando dari sang ketua, petugas menyebar dan menyisir 
satu persatu bilik yang ada. Seorang perempuan yang mencoba bersembunyi 
di kubangan air raksasa (bekas tambang) menarik perhatian mata. Ada 
lainnya, wajah nonpribumi lari bersembunyi di balik semak belukar.
“Ada sembilan orang kabur. Kita berhasil tangkap,” kata Herman terengah.
 Belum tuntas menyambung napas, dua TKA kembali berulah. Buru-buru 
petugas bersenjata memborgol salah satu di antaranya. Sedangkan yang 
satu lagi berusaha menyuap petugas dengan segepok uang lembaran 
bergambar soekarno-hatta. 
Ulahnya itu kembali membuat petugas naik pitam hingga hampir adu jotos. 
“Kita sisir sampai Kampung Cihideung (Desa Centak Manik), di sini ada 
bosnya,” ucap Herman. Di lokasi itu pula, kata dia, turut diamankan 
seorang perempuan berdandan menor bernama Shi Tian (37). Perampuan itu 
mengaku sebagai juru masak. 
Di bagian lain, tim kedua tiba di lokasi sasaran sekitar pukul 12.00 WIB. Jalur yang dipilih melalui
perkebunan sawit, Kampung Wates, Desa Banyuwangi, Cigudeg, Kabupaten 
Bogor. Medan yang ditempuh tak kalah seru dengan tim pertama. Tim harus 
melalui dua bukit, jalanan yang sempit serta perkampungan padat 
penduduk. Jalur ini dipilih untuk membendung TKA yang berusaha lari.
Setelah melalui perkebunan teh, tim juga harus menyusuri hutan di kawasan milik Perhutani. 
Suguhan pemandangan air terjun sempat meredakan lelah, sebelum menuju 
puncak lokasi bangunan sisa penambangan. Setibanya di sana, bangunan 
sudah tak perpenghuni. Namun di dalamnya, tampak barang-barang tertata 
rapi. Di halaman bangunan ini terlihat jejak baru, kendaraan roda dua. 
Sepertinya sang pemilik tak lama pergi.
Tim kemudian melanjutkan perjalanan ke lokasi penambangan PT Bintang 
Sindai Mineral Geologi (BCMG). Di lokasi ini, terlihat asrama yang sudah
 kosong. Di sana tim menemukan satu orang asing bernama Yang Xiao Yui 
(53). Ketika diinterogasi, ia menyebut sedang berkunjung ke kerabatnya 
yang bekerja di tambang.
Namun keterangan WNA asal Tiongkok itu berganti-ganti. Terakhir ia 
mengaku datang ke perbukitan Cigudeg untuk mensurvei lokasi menggunakan 
visa bisnis. Petugas pun langsung mengamankan Yang. Dari sini, tim 
menuju asrama ke dua, namun kosong tak berpenghuni. Begitupun dua asrama
 setelahnya. Hanya tampak warga lokal sibuk memecah batu. 
Barulah di asrama kelima, petugas menemukan Yanti (25), warga Nanggung 
yang bekerja sebagai juru masak bagi WNA. Dia tampak ketakutan saat 
dimintai keterangan. Curiga dengan gelagat Yanti, petugas lantas 
menggeledah isi asmara. Di sana ternyata ada WNA bernama Chen li zhe 
(52), bersembunyi di dalam kamar yang digembok dari luar.
“Yang ini ngakunya sedang sakit,” kata salah satu petugas. Saat melihat 
penggeledahan itu, Yanti tiba-tiba histeris dan berontak dari genggaman 
petugas. “Saya pokoknya mau minta gaji sama mami,” teriaknya diiringi 
menangis. Yanti juga meminta petugas tidak membawanya. Dia mengaku hanya
 digaji Rp1 juta sebulan, menyajikan makanan bagi para WNA.
Tak berapa lama, warga sekitar, Riski (28) menghampiri petugas. Menurut 
pengakuannya, hari ini tak seperti biasa, suasana di asrama sepi. 
Padahal tadi (kemarin, red) pagi, masih banyak WNA berkumpul di 
lingkungan asrama. “Tadi banyak orang. Tapi nggak tahu kemana, kabur ke 
atas (bukit) atau ke bawah,” ungkapnya dengan bahasa Sunda. Petugas 
menduga razia kali ini bocor dan puluhan TKA berhasil kabur.
Masih di lokasi yang sama, petugas meneliti sayur-mayur yang ditanam 
secara acak. Sejenis daun bawang dan seledri namun tak mirip dengan yang
 umumnya dikenal di Indonesia. “Itu bibitnya dan resepnya dibawa dari 
sana (Tiongkok). Hemat juga,” tutur Riski.
Selama penggerebekan, petugas sempat menaruh curiga dengan kawasan yang 
banyak dipasangi plang milik Perum Perhutani itu. Di lokasi ini pula, 
terdapat puluhan bangunan sarat kertas tempel merah bertuliskan huruf 
Mandarin. Informasi yang dihimpun, di lokasi ini sedikitnya ada 80 TKA 
yang berhasil sembunyi. Petugas kesulitan menemukan tempat persembunyian
 mereka. “Di sini kami menangkap 20 TKA, sisanya kabur,” kata salah satu
 petugas.
Ketua tim Herman Lukman mengatakan mayoritas para TKA masuk dari jalur 
resmi namun menyalahgunakan izin tinggal. Sehingga mereka bisa dikenai 
pelanggaran sampai dideportasi ke negara asal. “Ada belasan tanpa 
paspor, sisanya punya kelengkapan. Rata–rata mereka pekerja tambang. 
Bisa dikenai Pasal 116 tentang penyalahgunaan dokumen,” kata Herman.




0 on: "Desa Tiongkok di Gerebek,Berlokasi Ditengah Hutan Petugas Berhasil Tangkap WNA Ilegal China"