Foto : Ilustrasi google
Amanat Di Balik Jabatan
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ شُعَيْبِ بْنِ اللَّيْثِ حَدَّثَنِي أَبِي شُعَيْبُ بْنُ اللَّيْثِ حَدَّثَنِي اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ حَدَّثَنِي يَزِيدُ بْنُ أَبِي حَبِيبٍ عَنْ بَكْرِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ الْحَارِثِ بْنِ يَزِيدَ الْحَضْرَمِيِّ عَنْ ابْنِ حُجَيْرَةَ الْأَكْبَرِ عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلَا تَسْتَعْمِلُنِي قَالَ فَضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَى مَنْكِبِي ثُمَّ قَالَ يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّكَ ضَعِيفٌ وَإِنَّهَا أَمَانَةُ وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ إِلَّا مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ فِيهَا
Abu dzar berkata : ya rasulallah tidakkah
kau memberi jabatan apa-apa kepadaku? Maka rasulullah memukul bahuku
sambil berkata : hai abu dzar kau seorang yang lemah, dan jabatan itu
sebagai amanat yang pada hari qiyamat hanya akan menjadi kemenyesalan
dan kehinaan. Kecuali orang yang yang dapat menunaikan hak dan
kewajibannya, dan memenuhi tanggung jawabnya.
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ شُعَيْبِ بْنِ اللَّيْثِ حَدَّثَنِي أَبِي شُعَيْبُ بْنُ اللَّيْثِ حَدَّثَنِي اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ حَدَّثَنِي يَزِيدُ بْنُ أَبِي حَبِيبٍ عَنْ بَكْرِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ الْحَارِثِ بْنِ يَزِيدَ الْحَضْرَمِيِّ عَنْ ابْنِ حُجَيْرَةَ الْأَكْبَرِ عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلَا تَسْتَعْمِلُنِي قَالَ فَضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَى مَنْكِبِي ثُمَّ قَالَ يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّكَ ضَعِيفٌ وَإِنَّهَا أَمَانَةُ وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ إِلَّا مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ فِيهَا
Abu hurairah r.a. Berkata : rasulullah
saw bersabda : kamu akan berebut pemerintahan, dan akan menjadi
kemenyasalan pada hari qiyamat. (buchary)
Penjelasan:
Hadis ini tidak jauh berbeda dengan hadis
sebelumnya di atas. Bila hadis sebelumnya melarang kita agar tidak
berambisi untuk meraih jabatan, maka hadis ini lebih menekankan betapa
beratnya amanat dalam sebuah jabatan. Dan saking beratnya hingga rasul
s.a.w mengatakan bahwa kelak di hari qiamat kita merasakan penyesalan
yang begitu dahsyat karena kita telah bersedia mengemban amanat itu.
Janganlah kita mengira bahwa menjadi seorang peimimpin dengan sendirinya
akan bergelimang harta dan kehormatan. Padahal, harta dan kehormatan
itu justru menjadi batu sandungan yang bisa mengakibatkan seseorang
terjerumus ke dalam jurang kenistaan.
Lihatlah misalnya, seorang presiden
dengan tanggung jawab yang begitu besar untuk mensejahterakan rakyatnya,
atau seorang suami yang begitu besar tanggung jawabnya untuk menafkahi
istrinya, atau seorang bapak yang memikul amanat untuk mebesarkan
anak-anaknya. Semua itu merupakan amanat yang harus dijaga dan
dilaksanakan sebaik-baiknya. Apabila kita tidak bisa berbuat adil dan
tidak mampu mewujudkan kehidupan yang lebih baik bagi pihak yang kita
pimpin, maka janganlah sekali-kali kita mencoba-coba untuk mengemban
amanat tersebut. Apabila seorang presiden tidak mampu mengemban amanat
untuk membawa kehidupan bangsanya dari keterpurukan menuju kesejahteraan
dan keadilan, maka janganlah kita kembali memilih presiden atau
pemimpin itu untuk kedua kalinya. Karena itu, amanat adalah ringan
dikatakan namun berat untuk dilaksanakan. Barang siapa hanya bisa
mengatakan namun tidak bisa melaksanakan, maka ia tidak layak untuk
dijadikan pemimpin.[I/L]
0 on: "Amanat Di Balik Jabatan"