Misteri Shirathal Mustaqim, Jembatan Setipis Rambut Dibelah Tujuh
Misteri Shirathal Mustaqim, Jembatan Setipis Rambut Dibelah Tujuh
Benarkah jembatan Shirathal Mustaqim
seperti rambut dibelah tujuh? Jembatan ini merupakan jembatan yang
harus dilalui siapa pun tanpa terkecuali pada waktu hari kiamat tiba.
Jembatan ini disebut-sebut sebagai penghubung antara neraka dan surga.
Dan menurut cerita yang beredar, jembatan ini seperti rambut yang
dibelah tujuh.
Adapun cerita ini berkembang karena
penafsiran dari Surah Al Fatihah yang di dalamnya disebut kata
“Shirathal Mustaqim”. Beberapa ulama meyakini, arti “jalan yang lurus”
adalah jembatan yang lurus dan panjang. Wallahualam. Dan tidak ada dalil
yang shahih yang menyatakan bahwa Shirath seperti rambut yang dibelah
tujuh.
Dalam riwayat ditemukan bahwa nama
jembatan ini adalah jembatan Shirath yang terbentang diatas neraka
menuju ke surga. Semua manusia akan melewatinya sesuai dengan amalan
mereka. Ada yang jatuh ke neraka, ada yang melewatinya dengan cepat dan
ada yang melewatinya dengan lambat.
Dalam suatu riwayat mengatakan, bahwa adanya suatu jembatan diatas neraka Jahanam adalah hadist yang artinya berbunyi:
“Maka dibuatlah As Shirath diatas Jahanam,” (Hadist Riwayat Al Bukhori dan Muslim).
Diriwayatkan pula bahwa jembatan ini lebih lembut dari rambut dan lebih tajam dari pedang. Seperti ucapan Abu Sa’id Al Hudri :
“Sampai kepada ku bahwa jembatan ini (As Shirath) lebih lembut dari rambut dan lebih tajam dari pedang” (hadist riwayat Imam Muslim).
Melewati jembatan As Shirath merupakan
salah satu peristiwa dasyat yang akan dialami oleh manusia yang telah
mengucapkan ikrar syahadat tauhid. Menyebrangi jembatan yang terbentang
di dua punggun Neraka Jahanam ini tidak hanya dialami oleh umat Islam
dari kalangan Nabi Muhammad SAW. Melainkan juga oleh umat beriman dari
para Nabi sebelumnya, baik mereka yang imannya sejati, maupun mereka
yang suka berbuat maksiat dan kaum munafik.
Menurut sebagian ahli tafsir, peristiwa menyebrangi jembatan diatas neraka, telah diisyaratkan Allah dalam Al-Qur’an:
“Dan tidak ada
seorang pun di antara kamu yang tidak mendatanginya (neraka). Hal itu
bagi Rabbmu adalah suatu ketentuan yang sudah ditetapkan. (Qs Maryam/19:
71).
Kemudian Kami akan
menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang
zhalim di dalam (neraka) dalam keadaan berlutut.” (Qs Maryam/19: 72).
Lalu bagaimanakah bentuk jembatan Shirath
yang nantinya akan kita lalui? Dalam sebuah hadist, Nabi Muhammad SAW
menggambarkan keadaan jembatan As Shirath. Rasulullah SAW bersabda yang
artinya:
“Licin lagi
menggelincirkan, diatasnya terdapat besi pengait dan kawat berduri yang
ujungnya bengkok, Ia bagikan pohon berduri di Nejd, dikenal dengan pohon
Sa’dan. Dan dibentangkanlah jembatan Jahanam. Akulah orang pertama yang
melewatinya. Doa para Rasul pada saat itu, “Ya Allah selamatkanlah,
selamatkanlah,”. Pada Shirath itu juga terdapat pengait-pengait seperti
duri pohon Sa’dan. Hanya saja tidak ada yang mengetahui ukuran besar
kecuali Allah. Maka Ia mengait manusia, sesuai dengan amalan mereka,” (HR. Al-Bukhari).
Jembatan Shirath tersebut amat licin,
sehingga sangat mengkuatirkan bagi siapa saja yang melewatinya. Dimana
kita mungkin saja terpeleset dan terperosok jatuh. Shirath tersebut juga
mampu menggelincirikan orang-orang yang berjalan diatasnya. Para ulama
telah menerangkan bahwa maksud dari kata menggelincirkan, yaitu jembatan
tersebut bergerak ke kanan dan ke kiri, sehingga membuat orang yang
melewatinya takut akan tergelincir dan tersungkur jatuh.
Shirath tersebut memiliki besi pengait
yang besar, penuh dengan duri dan dibagian ujungnya bengkok. Ini
menunjukan siapa yang terkena besi pengait ini tidak akan lepas dari
cengkramannya. Terpeleset atau tidak, tergelincir atau tidak dan
tersambar oleh pengait besi atau tidak, semua itu ditentukan oleh amal
ibadah dan keimanan masing-masing.
Shirat ini terbentang di neraka Jahanam
sehingga barang siapa yang terpeleset dan tergelincir atau terkena
sambaran besi pengait maka Ia akan jatuh ke dalam Neraka Jahanam.
Shirath tersebut sangat halus sehingga akan sulit melewatkan kaki di
atasnya. Shirath juga sangat tajam sehingga bisa membelah orang yang
melewatinya.
Sekalipun Shirath ini halus dan tajam,
manusia tetap dapat melewatinya. Karena Allah SWT maha kuasa untuk
menjadikan manusia mempu berjalan diatas apapun. Kesulitan untuk
melewati Shirath karena kehalusannya atau terluka karena ketajamannya,
semua itu tergantung pada kualitas keimanan setiap orang yang
melewatinya.
Setelah kita mengetahui bagaimana bentuk
Shirath dalam hadist-hadist shahih, kita akan mengetahui pula bagaimana
keadaan manusia saat melewati Shirat tersebut.
Rasulullah SAW bersabda dalam (Shahih, HR. Muslim) artinya:
“Lalu diutuslah
amanah dan rahim (tali persaudaraan) keduanya berdiri di samping
kiri-kanan shirath tersebut. Orang yang pertama lewat seperti kilat”.
Aku bertanya: “Dengan bapak dan ibuku (aku korbankan) demi engkau.
Adakah sesuatu seperti kilat?” Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab : “Tidakkah kalian pernah melihat kilat bagaimana ia lewat
dalam sekejap mata? Kemudian ada yang melewatinya seperti angin,
kemudian seperti burung dan seperti kuda yang berlari kencang. ” (Shahih, HR. Muslim).
Akan ada manusia yang menyebrangi
jembatan dengan selamat dan ada pula yang terluka karena sabetan
duri-duri yang mencabik-cabik tubuhnya. Lalu ada pula mereka yang gagal
menyebranginya hingga ujung, mereka terpeleset, tergelincir hingga
terjatuh dan terjerembab dengan wajahnya ke nereka yang menyala-nyala di
bawah jembatan.
Lalu bagaimana seseorang menyebranginya
dengan selamat? Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa saat peristiwa
menegangkan itu sedang berlangsung, para Nabi dan malaikat sibuk
mendoakan bagi orang-orang beriman.
Mereka berdoa yang artinya, “Ya Rabbi
selamatkanlah, Ya Rabbi selamatkanlah”. Selanjutnya Allah akan meberikan
cahaya bagi orang yang beriman dan bertaqwa.
Allah telah menjelaskannya dalam Al-Qur’an:
“Wahai orang-orang
yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang
semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapuskan
kesalahan-kesalahanmu, dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir
di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak mengecewakan
Nabi dan orang-orang yang beriman yang bersama dengannya; sedang cahaya
mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka
berkata, “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan
ampunilah kami; sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS.At-Tahrim:8)
Dan pada saat itulah, setiap orang tidak
akan ingat pada orang lainnya, betapa sulitnya bagi kita untuk
menyeberang di atasnya. Tetapi Allah maha perkasa sekaligus maha
bijaksana, Allah akan memberikan bekal bagi orang-orang beriman dan
bertaqwa untuk sangggup melintas di jembatan tersebut.
0 on: "Misteri Shirathal Mustaqim, Jembatan Setipis Rambut Dibelah Tujuh"