:: Puspen TNI Resmi Tanggapi Iwan Bopeng, Perbuatannya Dilakukan Tidak Hanya di Satu TPS || Posting Bantuan Banjir, Fanspage DivHumasPolri Diserbu Komentar Miring || Prof. Yusril: Mudah-Mudahan Keterangan Saya Bisa Hentikan Kasus Habib Rizieq Petik Hikmah 2017 :: Mesir Buka Gerbang Rafah Selama Tiga Hari - Petik Hikmah

Ads

Theme images by Storman. Powered by Blogger.

Comments

Facebook

Elegant Themes

Ad Home

Breaking News

Design

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Featured
Most Popular

Lorem

Lorem Ipsum

Beauty

Lorem Ipsum

About This Blog

Follow us on facebook

Featured

About Me

Business

Advertisement

Follow Us

Sponsor

Popular Posts

Services

Featured Video

I Am The Author

Monday, March 6, 2017

Mesir Buka Gerbang Rafah Selama Tiga Hari


 Gerbang penyeberan Rafah. (felesteen.ps)

Petik Hikmah - Gaza. Pemerintah Mesir pada Senin, (06/03/2017) hari ini, membuka pintu gerbang Rafah secara “luar biasa” untuk kedua pihak, Mesir dan Jalur Gaza. Pembukaan gerbang Rafah ini hanya diperuntukkan bagi keperluan kemanusian dan pemulangan orang-orang terdampar.
Sumber dari otoritas perbatasan dan penyeberangan, bagian dari Departemen Dalam Negeri di Gaza, mengatakan, “Pada pagi hari ini, Senin, pemerintah Mesir membuka gerbang perbatasan Rafah untuk kedua belah pihak selama tiga hari.”
Pembukaan tersebut, menurut otoritas perbatasan dan penyeberangan, hanya dikhususkan bagi keperluaan kemanusiaan. Seperti penderita sakit, mahasiswa, serta pemegang residensi dan paspor asing.

Koresponden Anadolu Agency melaporkan, sejak Senin dini hari tadi ratusan orang terlihat telah mengantri di sisi Palestina. Sedangkan otoritas penyeberangan dan perbatasan di Gaza mengatakan, jumlah terdaftar untuk keperluan kemanusiaan mencapai 16000 orang.
Gerbang perbatasan darat Rafah yang menghubungkan antara Mesir dan Jalur Gaza telah ditutup secara permanen sejak tahun 2013. Dan hanya dibuka dengan interval tertentu atau dalam situasi darurat. (whc/aa.tr/dakwatuna)

WANITA PENYEMPURNA SEPARUH AGAMA Oleh: Haeriah Syamsuddin Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.” (HR. Al Baihaqi) Manusia yang secara fitrah terlahir dengan hawa nafsu termasuk nafsu syahwat sering kali menjadikan nafsu tersebut di atas segalanya. Lihatlah bagaimana perzinaan yang kini semakin banyak terjadi di sekitar kita. Setiap saat kita disuguhkan berita ditemukannya seorang maupun jasad bayi yang dibuang begitu saja oleh orang tuanya. Sangat besar kemungkinan bayi-bayi yang tak berdosa itu hasil dari perzinahan. Na’udzubillah min dzalik. Karena itulah, pernikahan merupakan salah satu jalan untuk meredam nafsu syahwat seseorang. Menikah merupakan salah satu ibadah yang mempunyai keutamaan yang sangat besar. Bahkan sebagaimana dikatakan pada hadits di atas, keutamaan menikah sama dengan menyempurnakan separuh agama seseorang. Sebuah keutamaan yang tidak diperoleh dari ibadah lainnya. Dan setelah menikah, Allah kemudian memerintahkan keduanya bertaqwa pada separuh yang lainnya. Mengisi hari-hari pernikahan dan biduk rumah tangga dengan penuh ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Menjalankan tugas dan peranan masing-masing sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh syariat. Para ulama menyebutkan bahwa ada dua hal yang menjadi penyebab utama rusaknya agama seseorang. Pertama, adalah kemaluan kedua adalah perut. Perusak agama lewat kemaluan adalah zina sementara perusak agama lewat perut adalah ketamakan atau keserakahan. Perusak agama yang pertama dapat diatasi dengan menikah. Menikah dapat menjadi perisai dan benteng yang akan menjaga seseorang dari melakukan kemaksiatan dengan kemaluannya. Karena pernikahan akan mengatasi keinginan-keinginan yang buruk juga serta lonjakan-lonjakan gejolak syahwat. Selain itu menikah akan menjaga serta meneduhkan pandangan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Barangsiapa yang dipelihara oleh Allah dari keburukan dua perkara, niscaya ia masuk Surga: Apa yang terdapat di antara kedua tulang dagunya (mulutnya) dan apa yang berada di antara kedua kakinya (kemaluannya).” (HR. At-Tirmidzi). Wanita Pilihan Penyempurna Separuh Agama Agar dapat menyempurnakan separuh agama yang lain, seorang muslim haruslah mencari pasangan yang dapat membantunya mewujudkan hal tersebut. Pasangan yang mempunyai kesamaan visi dan misi, membangun bahtera rumah tangga demi mencapai Jannah-Nya. Aamiin. Tentu saja tidak semua wanita pantas untuk dinikahi. Ada beberapa syarat yang harus dimiliki oleh wanita-wanita tersebut agar dapat menjadi wanita penyempurna separuh agama. Memiliki Pemahaman dan Pengamalan Agama yang Baik Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu mengabarkan dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda,: “Wanita itu dinikahi karena 4 perkara. Karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya. Pilihlah wanita yang memiliki agama, engkau akan bahagia.” (HR. Bukhari dan Muslim) Boleh saja memilih wanita berdasarkan kecantikannya atau karena hartanya atau karena martabatnya. Namun yang lebih utama dari semua itu adalah memilih wanita dari segi agamanya. Karena seorang wanita yang unggul dari segi agama serta mengamalkan pemahamannya itu, insya Allah akan menghantar dan membawa suaminya kepada kebaikan dunia dan akhirat. Wanita seperti ini akan mengurus dan memerhatikan suaminya ketika ia ada bersamanya. Ia akan menjaga harta serta kehormatan diri dan suaminya ketika suaminya tidak ada. Ia akan senantiasa membuat suaminya ridha ketika suaminya marah. Ia akan mentaati suaminya ketika diperintah dan senantiasa berbuat baik serta berbakti kepada suaminya. Wanita seperti ini akan menjadi perisai dan benteng yang senantiasa siap dan sedia mengingatkan suaminya agar senantiasa meniti jalan mardhatillah, jalan yang diridhai Allah. Agar kebersamaan bukan hanya sekadar di dunia namun berlanjut di akhirat kelak. Memiliki Sifat Malu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rasa malu tidaklah mendatangkan kecuali kebaikan.” Wanita diciptakan memiliki rasa malu yang besar. Sayangnya, di zaman ini rasa malu itu sudah semakin langka dan terkikis dengan dalih emansipasi, persamaan hak antara laki-laki dan wanita. Tanpa malu, wanita ikut maju dan tampil mengambil tempat dan bagian yang sedianya hanya cocok untuk laki-laki. Bila sudah begitu maka rasa malu yang merupakan sunnah seorang wanita akan ditepis dan disisihkan. Seorang wanita yang memiliki dan memelihara rasa malu adalah wanita yang terbaik. Rasa malu akan membuatnya menjaga kehormatannya. Rasa malu juga akan menghalanginya untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh syariat. Rasa malu akan menjaga dirinya dari bergaul dengan lawan jenis, menampakkan perhiasannya selain kepada suaminya. Sikap ini akan membuat suaminya kelak merasakan ketenangan dan kebahagiaan karena menyadari kalau istrinya seutuhnya hanya miliknya dan terjaga dari pandangan dan jamahan laki-laki asing. Betah Tinggal di Rumah Allah Ta’ala berfirman, “Dan tinggallah kalian di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berdandan sebagaimana dandan ala jahiliah terdahulu” (QS Al Ahzab: 33). Wanita diciptakan dan ditakdirkan untuk lebih banyak berdiam di rumah. Rumah adalah hijab, pelindung terbaik bagi seorang wanita. Wanita yang lebih banyak berdiam di rumah akan lebih selamat dan terhindar dari fitnah. Wanita seperti ini juga dapat menyelamatkan masyarakat, utamanya laki-laki dari godaaan fitnah wanita yang mana fitnah terbesar seorang laki-laki adalah wanita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Sesungguhnya perempuan itu aurat. Jika dia keluar rumah maka setan menyambutnya. Keadaan perempuan yang paling dekat dengan wajah Allah adalah ketika dia berada di dalam rumahnya” (HR Ibnu Khuzaimah) Penyayang Dan Subur “Nikahilah wanita yang penyayang dan subur! Karena aku berbangga dengan banyaknya ummatku.” (HR. An Nasa’i dan Abu Dawud) Salah satu alasan menikah adalah adanya keinginan untuk memeroleh keturunan. Islam tidak melarang hal tersebut bahkan sangat menganjurkan. Dari sebuah pernikahan diharapkan lahirlah generasi kaum muslimin yang siap membawa panji-panji tauhid di muka bumi ini. Karenanya Rasulullah menganjurkan untuk memilih calon istri yang subur agar nantinya ia dapat melahirkan putra putri pelanjut generasi muslim. Baik Nasabnya Mengetahui nasab seseorang yang akan menjadi pasangan kita merupakan hal yang penting untuk diketetahui. Sebuah keluarga memiliki peranan yang besar dalam membentuk karakter, akhlak, keilmuan bahkan keimanan seseorang. Seorang wanita yang tumbuh dalam lingkungan yang islami biasanya akan terbentuk menjadi wanita shalihah dibanding wanita yang tumbuh dalam lingkungan yang tidak atau kurang islami. Menjadi wanita penyempurna separuh agama memang bukanlah hal yang mudah. Namun jika semuanya dikerjakan dengan ikhlas dan hanya mengharap ridho Allah semata maka semua akan terasa ringan. Semoga Allah senantiasa memudahkan niat-niat kita. Aamiin.[]

Sumber Dari -> http://wahdah.or.id/wanita-penyempurna-separuh-agama/ .
WANITA PENYEMPURNA SEPARUH AGAMA Oleh: Haeriah Syamsuddin Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.” (HR. Al Baihaqi) Manusia yang secara fitrah terlahir dengan hawa nafsu termasuk nafsu syahwat sering kali menjadikan nafsu tersebut di atas segalanya. Lihatlah bagaimana perzinaan yang kini semakin banyak terjadi di sekitar kita. Setiap saat kita disuguhkan berita ditemukannya seorang maupun jasad bayi yang dibuang begitu saja oleh orang tuanya. Sangat besar kemungkinan bayi-bayi yang tak berdosa itu hasil dari perzinahan. Na’udzubillah min dzalik. Karena itulah, pernikahan merupakan salah satu jalan untuk meredam nafsu syahwat seseorang. Menikah merupakan salah satu ibadah yang mempunyai keutamaan yang sangat besar. Bahkan sebagaimana dikatakan pada hadits di atas, keutamaan menikah sama dengan menyempurnakan separuh agama seseorang. Sebuah keutamaan yang tidak diperoleh dari ibadah lainnya. Dan setelah menikah, Allah kemudian memerintahkan keduanya bertaqwa pada separuh yang lainnya. Mengisi hari-hari pernikahan dan biduk rumah tangga dengan penuh ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Menjalankan tugas dan peranan masing-masing sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh syariat. Para ulama menyebutkan bahwa ada dua hal yang menjadi penyebab utama rusaknya agama seseorang. Pertama, adalah kemaluan kedua adalah perut. Perusak agama lewat kemaluan adalah zina sementara perusak agama lewat perut adalah ketamakan atau keserakahan. Perusak agama yang pertama dapat diatasi dengan menikah. Menikah dapat menjadi perisai dan benteng yang akan menjaga seseorang dari melakukan kemaksiatan dengan kemaluannya. Karena pernikahan akan mengatasi keinginan-keinginan yang buruk juga serta lonjakan-lonjakan gejolak syahwat. Selain itu menikah akan menjaga serta meneduhkan pandangan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Barangsiapa yang dipelihara oleh Allah dari keburukan dua perkara, niscaya ia masuk Surga: Apa yang terdapat di antara kedua tulang dagunya (mulutnya) dan apa yang berada di antara kedua kakinya (kemaluannya).” (HR. At-Tirmidzi). Wanita Pilihan Penyempurna Separuh Agama Agar dapat menyempurnakan separuh agama yang lain, seorang muslim haruslah mencari pasangan yang dapat membantunya mewujudkan hal tersebut. Pasangan yang mempunyai kesamaan visi dan misi, membangun bahtera rumah tangga demi mencapai Jannah-Nya. Aamiin. Tentu saja tidak semua wanita pantas untuk dinikahi. Ada beberapa syarat yang harus dimiliki oleh wanita-wanita tersebut agar dapat menjadi wanita penyempurna separuh agama. Memiliki Pemahaman dan Pengamalan Agama yang Baik Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu mengabarkan dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda,: “Wanita itu dinikahi karena 4 perkara. Karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya. Pilihlah wanita yang memiliki agama, engkau akan bahagia.” (HR. Bukhari dan Muslim) Boleh saja memilih wanita berdasarkan kecantikannya atau karena hartanya atau karena martabatnya. Namun yang lebih utama dari semua itu adalah memilih wanita dari segi agamanya. Karena seorang wanita yang unggul dari segi agama serta mengamalkan pemahamannya itu, insya Allah akan menghantar dan membawa suaminya kepada kebaikan dunia dan akhirat. Wanita seperti ini akan mengurus dan memerhatikan suaminya ketika ia ada bersamanya. Ia akan menjaga harta serta kehormatan diri dan suaminya ketika suaminya tidak ada. Ia akan senantiasa membuat suaminya ridha ketika suaminya marah. Ia akan mentaati suaminya ketika diperintah dan senantiasa berbuat baik serta berbakti kepada suaminya. Wanita seperti ini akan menjadi perisai dan benteng yang senantiasa siap dan sedia mengingatkan suaminya agar senantiasa meniti jalan mardhatillah, jalan yang diridhai Allah. Agar kebersamaan bukan hanya sekadar di dunia namun berlanjut di akhirat kelak. Memiliki Sifat Malu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rasa malu tidaklah mendatangkan kecuali kebaikan.” Wanita diciptakan memiliki rasa malu yang besar. Sayangnya, di zaman ini rasa malu itu sudah semakin langka dan terkikis dengan dalih emansipasi, persamaan hak antara laki-laki dan wanita. Tanpa malu, wanita ikut maju dan tampil mengambil tempat dan bagian yang sedianya hanya cocok untuk laki-laki. Bila sudah begitu maka rasa malu yang merupakan sunnah seorang wanita akan ditepis dan disisihkan. Seorang wanita yang memiliki dan memelihara rasa malu adalah wanita yang terbaik. Rasa malu akan membuatnya menjaga kehormatannya. Rasa malu juga akan menghalanginya untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh syariat. Rasa malu akan menjaga dirinya dari bergaul dengan lawan jenis, menampakkan perhiasannya selain kepada suaminya. Sikap ini akan membuat suaminya kelak merasakan ketenangan dan kebahagiaan karena menyadari kalau istrinya seutuhnya hanya miliknya dan terjaga dari pandangan dan jamahan laki-laki asing. Betah Tinggal di Rumah Allah Ta’ala berfirman, “Dan tinggallah kalian di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berdandan sebagaimana dandan ala jahiliah terdahulu” (QS Al Ahzab: 33). Wanita diciptakan dan ditakdirkan untuk lebih banyak berdiam di rumah. Rumah adalah hijab, pelindung terbaik bagi seorang wanita. Wanita yang lebih banyak berdiam di rumah akan lebih selamat dan terhindar dari fitnah. Wanita seperti ini juga dapat menyelamatkan masyarakat, utamanya laki-laki dari godaaan fitnah wanita yang mana fitnah terbesar seorang laki-laki adalah wanita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Sesungguhnya perempuan itu aurat. Jika dia keluar rumah maka setan menyambutnya. Keadaan perempuan yang paling dekat dengan wajah Allah adalah ketika dia berada di dalam rumahnya” (HR Ibnu Khuzaimah) Penyayang Dan Subur “Nikahilah wanita yang penyayang dan subur! Karena aku berbangga dengan banyaknya ummatku.” (HR. An Nasa’i dan Abu Dawud) Salah satu alasan menikah adalah adanya keinginan untuk memeroleh keturunan. Islam tidak melarang hal tersebut bahkan sangat menganjurkan. Dari sebuah pernikahan diharapkan lahirlah generasi kaum muslimin yang siap membawa panji-panji tauhid di muka bumi ini. Karenanya Rasulullah menganjurkan untuk memilih calon istri yang subur agar nantinya ia dapat melahirkan putra putri pelanjut generasi muslim. Baik Nasabnya Mengetahui nasab seseorang yang akan menjadi pasangan kita merupakan hal yang penting untuk diketetahui. Sebuah keluarga memiliki peranan yang besar dalam membentuk karakter, akhlak, keilmuan bahkan keimanan seseorang. Seorang wanita yang tumbuh dalam lingkungan yang islami biasanya akan terbentuk menjadi wanita shalihah dibanding wanita yang tumbuh dalam lingkungan yang tidak atau kurang islami. Menjadi wanita penyempurna separuh agama memang bukanlah hal yang mudah. Namun jika semuanya dikerjakan dengan ikhlas dan hanya mengharap ridho Allah semata maka semua akan terasa ringan. Semoga Allah senantiasa memudahkan niat-niat kita. Aamiin.[]

Sumber Dari -> http://wahdah.or.id/wanita-penyempurna-separuh-agama/ .

0 on: "Mesir Buka Gerbang Rafah Selama Tiga Hari"