Gerbang penyeberan Rafah. (felesteen.ps)
Petik Hikmah - Gaza. Pemerintah Mesir pada Senin, (06/03/2017) hari ini, membuka pintu gerbang Rafah secara “luar biasa” untuk kedua pihak, Mesir dan Jalur Gaza. Pembukaan gerbang Rafah ini hanya diperuntukkan bagi keperluan kemanusian dan pemulangan orang-orang terdampar.
Sumber dari otoritas
perbatasan dan penyeberangan, bagian dari Departemen Dalam Negeri di
Gaza, mengatakan, “Pada pagi hari ini, Senin, pemerintah Mesir membuka
gerbang perbatasan Rafah untuk kedua belah pihak selama tiga hari.”
Pembukaan
tersebut, menurut otoritas perbatasan dan penyeberangan, hanya
dikhususkan bagi keperluaan kemanusiaan. Seperti penderita sakit,
mahasiswa, serta pemegang residensi dan paspor asing.
WANITA PENYEMPURNA
SEPARUH AGAMA
Oleh: Haeriah Syamsuddin
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seseorang menikah, maka ia
telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada
Allah pada separuh yang lainnya.” (HR. Al Baihaqi)
Manusia yang secara fitrah terlahir dengan hawa nafsu termasuk nafsu
syahwat sering kali menjadikan nafsu tersebut di atas segalanya.
Lihatlah bagaimana perzinaan yang kini semakin banyak terjadi di sekitar
kita. Setiap saat kita disuguhkan berita ditemukannya seorang maupun
jasad bayi yang dibuang begitu saja oleh orang tuanya. Sangat besar
kemungkinan bayi-bayi yang tak berdosa itu hasil dari perzinahan.
Na’udzubillah min dzalik.
Karena itulah, pernikahan merupakan salah satu jalan untuk meredam nafsu
syahwat seseorang. Menikah merupakan salah satu ibadah yang mempunyai
keutamaan yang sangat besar. Bahkan sebagaimana dikatakan pada hadits di
atas, keutamaan menikah sama dengan menyempurnakan separuh agama
seseorang. Sebuah keutamaan yang tidak diperoleh dari ibadah lainnya.
Dan setelah menikah, Allah kemudian memerintahkan keduanya bertaqwa pada
separuh yang lainnya. Mengisi hari-hari pernikahan dan biduk rumah
tangga dengan penuh ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Menjalankan tugas dan peranan masing-masing sesuai dengan apa yang telah
ditetapkan oleh syariat.
Para ulama menyebutkan bahwa ada dua hal yang menjadi penyebab utama
rusaknya agama seseorang. Pertama, adalah kemaluan kedua adalah perut.
Perusak agama lewat kemaluan adalah zina sementara perusak agama lewat
perut adalah ketamakan atau keserakahan.
Perusak agama yang pertama dapat diatasi dengan menikah. Menikah dapat
menjadi perisai dan benteng yang akan menjaga seseorang dari melakukan
kemaksiatan dengan kemaluannya. Karena pernikahan akan mengatasi
keinginan-keinginan yang buruk juga serta lonjakan-lonjakan gejolak
syahwat. Selain itu menikah akan menjaga serta meneduhkan pandangan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Barangsiapa yang
dipelihara oleh Allah dari keburukan dua perkara, niscaya ia masuk
Surga: Apa yang terdapat di antara kedua tulang dagunya (mulutnya) dan
apa yang berada di antara kedua kakinya (kemaluannya).” (HR.
At-Tirmidzi).
Wanita Pilihan Penyempurna Separuh Agama
Agar dapat menyempurnakan separuh agama yang lain, seorang muslim
haruslah mencari pasangan yang dapat membantunya mewujudkan hal
tersebut. Pasangan yang mempunyai kesamaan visi dan misi, membangun
bahtera rumah tangga demi mencapai Jannah-Nya. Aamiin.
Tentu saja tidak semua wanita pantas untuk dinikahi. Ada beberapa syarat
yang harus dimiliki oleh wanita-wanita tersebut agar dapat menjadi
wanita penyempurna separuh agama.
Memiliki Pemahaman dan Pengamalan Agama yang Baik
Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu mengabarkan dari Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam beliau bersabda,: “Wanita itu dinikahi karena 4
perkara. Karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena
agamanya. Pilihlah wanita yang memiliki agama, engkau akan bahagia.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Boleh saja memilih wanita berdasarkan kecantikannya atau karena hartanya
atau karena martabatnya. Namun yang lebih utama dari semua itu adalah
memilih wanita dari segi agamanya. Karena seorang wanita yang unggul
dari segi agama serta mengamalkan pemahamannya itu, insya Allah akan
menghantar dan membawa suaminya kepada kebaikan dunia dan akhirat.
Wanita seperti ini akan mengurus dan memerhatikan suaminya ketika ia
ada bersamanya. Ia akan menjaga harta serta kehormatan diri dan suaminya
ketika suaminya tidak ada. Ia akan senantiasa membuat suaminya ridha
ketika suaminya marah. Ia akan mentaati suaminya ketika diperintah dan
senantiasa berbuat baik serta berbakti kepada suaminya. Wanita seperti
ini akan menjadi perisai dan benteng yang senantiasa siap dan sedia
mengingatkan suaminya agar senantiasa meniti jalan mardhatillah, jalan
yang diridhai Allah. Agar kebersamaan bukan hanya sekadar di dunia namun
berlanjut di akhirat kelak.
Memiliki Sifat Malu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rasa malu tidaklah
mendatangkan kecuali kebaikan.”
Wanita diciptakan memiliki rasa malu yang besar. Sayangnya, di zaman ini
rasa malu itu sudah semakin langka dan terkikis dengan dalih
emansipasi, persamaan hak antara laki-laki dan wanita. Tanpa malu,
wanita ikut maju dan tampil mengambil tempat dan bagian yang sedianya
hanya cocok untuk laki-laki. Bila sudah begitu maka rasa malu yang
merupakan sunnah seorang wanita akan ditepis dan disisihkan.
Seorang wanita yang memiliki dan memelihara rasa malu adalah wanita yang
terbaik. Rasa malu akan membuatnya menjaga kehormatannya. Rasa malu
juga akan menghalanginya untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh
syariat. Rasa malu akan menjaga dirinya dari bergaul dengan lawan jenis,
menampakkan perhiasannya selain kepada suaminya. Sikap ini akan membuat
suaminya kelak merasakan ketenangan dan kebahagiaan karena menyadari
kalau istrinya seutuhnya hanya miliknya dan terjaga dari pandangan dan
jamahan laki-laki asing.
Betah Tinggal di Rumah
Allah Ta’ala berfirman, “Dan tinggallah kalian di dalam rumah-rumah
kalian dan janganlah kalian berdandan sebagaimana dandan ala jahiliah
terdahulu” (QS Al Ahzab: 33).
Wanita diciptakan dan ditakdirkan untuk lebih banyak berdiam di rumah.
Rumah adalah hijab, pelindung terbaik bagi seorang wanita. Wanita yang
lebih banyak berdiam di rumah akan lebih selamat dan terhindar dari
fitnah. Wanita seperti ini juga dapat menyelamatkan masyarakat, utamanya
laki-laki dari godaaan fitnah wanita yang mana fitnah terbesar seorang
laki-laki adalah wanita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Sesungguhnya
perempuan itu aurat. Jika dia keluar rumah maka setan menyambutnya.
Keadaan perempuan yang paling dekat dengan wajah Allah adalah ketika dia
berada di dalam rumahnya” (HR Ibnu Khuzaimah)
Penyayang Dan Subur
“Nikahilah wanita yang penyayang dan subur! Karena aku berbangga dengan
banyaknya ummatku.” (HR. An Nasa’i dan Abu Dawud)
Salah satu alasan menikah adalah adanya keinginan untuk memeroleh
keturunan. Islam tidak melarang hal tersebut bahkan sangat menganjurkan.
Dari sebuah pernikahan diharapkan lahirlah generasi kaum muslimin yang
siap membawa panji-panji tauhid di muka bumi ini. Karenanya Rasulullah
menganjurkan untuk memilih calon istri yang subur agar nantinya ia dapat
melahirkan putra putri pelanjut generasi muslim.
Baik Nasabnya
Mengetahui nasab seseorang yang akan menjadi pasangan kita merupakan hal
yang penting untuk diketetahui. Sebuah keluarga memiliki peranan yang
besar dalam membentuk karakter, akhlak, keilmuan bahkan keimanan
seseorang. Seorang wanita yang tumbuh dalam lingkungan yang islami
biasanya akan terbentuk menjadi wanita shalihah dibanding wanita yang
tumbuh dalam lingkungan yang tidak atau kurang islami.
Menjadi wanita penyempurna separuh agama memang bukanlah hal yang mudah.
Namun jika semuanya dikerjakan dengan ikhlas dan hanya mengharap ridho
Allah semata maka semua akan terasa ringan. Semoga Allah senantiasa
memudahkan niat-niat kita. Aamiin.[]
Sumber Dari -> http://wahdah.or.id/wanita-penyempurna-separuh-agama/ .
Sumber Dari -> http://wahdah.or.id/wanita-penyempurna-separuh-agama/ .
WANITA PENYEMPURNA
SEPARUH AGAMA
Oleh: Haeriah Syamsuddin
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seseorang menikah, maka ia
telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada
Allah pada separuh yang lainnya.” (HR. Al Baihaqi)
Manusia yang secara fitrah terlahir dengan hawa nafsu termasuk nafsu
syahwat sering kali menjadikan nafsu tersebut di atas segalanya.
Lihatlah bagaimana perzinaan yang kini semakin banyak terjadi di sekitar
kita. Setiap saat kita disuguhkan berita ditemukannya seorang maupun
jasad bayi yang dibuang begitu saja oleh orang tuanya. Sangat besar
kemungkinan bayi-bayi yang tak berdosa itu hasil dari perzinahan.
Na’udzubillah min dzalik.
Karena itulah, pernikahan merupakan salah satu jalan untuk meredam nafsu
syahwat seseorang. Menikah merupakan salah satu ibadah yang mempunyai
keutamaan yang sangat besar. Bahkan sebagaimana dikatakan pada hadits di
atas, keutamaan menikah sama dengan menyempurnakan separuh agama
seseorang. Sebuah keutamaan yang tidak diperoleh dari ibadah lainnya.
Dan setelah menikah, Allah kemudian memerintahkan keduanya bertaqwa pada
separuh yang lainnya. Mengisi hari-hari pernikahan dan biduk rumah
tangga dengan penuh ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Menjalankan tugas dan peranan masing-masing sesuai dengan apa yang telah
ditetapkan oleh syariat.
Para ulama menyebutkan bahwa ada dua hal yang menjadi penyebab utama
rusaknya agama seseorang. Pertama, adalah kemaluan kedua adalah perut.
Perusak agama lewat kemaluan adalah zina sementara perusak agama lewat
perut adalah ketamakan atau keserakahan.
Perusak agama yang pertama dapat diatasi dengan menikah. Menikah dapat
menjadi perisai dan benteng yang akan menjaga seseorang dari melakukan
kemaksiatan dengan kemaluannya. Karena pernikahan akan mengatasi
keinginan-keinginan yang buruk juga serta lonjakan-lonjakan gejolak
syahwat. Selain itu menikah akan menjaga serta meneduhkan pandangan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Barangsiapa yang
dipelihara oleh Allah dari keburukan dua perkara, niscaya ia masuk
Surga: Apa yang terdapat di antara kedua tulang dagunya (mulutnya) dan
apa yang berada di antara kedua kakinya (kemaluannya).” (HR.
At-Tirmidzi).
Wanita Pilihan Penyempurna Separuh Agama
Agar dapat menyempurnakan separuh agama yang lain, seorang muslim
haruslah mencari pasangan yang dapat membantunya mewujudkan hal
tersebut. Pasangan yang mempunyai kesamaan visi dan misi, membangun
bahtera rumah tangga demi mencapai Jannah-Nya. Aamiin.
Tentu saja tidak semua wanita pantas untuk dinikahi. Ada beberapa syarat
yang harus dimiliki oleh wanita-wanita tersebut agar dapat menjadi
wanita penyempurna separuh agama.
Memiliki Pemahaman dan Pengamalan Agama yang Baik
Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu mengabarkan dari Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam beliau bersabda,: “Wanita itu dinikahi karena 4
perkara. Karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena
agamanya. Pilihlah wanita yang memiliki agama, engkau akan bahagia.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Boleh saja memilih wanita berdasarkan kecantikannya atau karena hartanya
atau karena martabatnya. Namun yang lebih utama dari semua itu adalah
memilih wanita dari segi agamanya. Karena seorang wanita yang unggul
dari segi agama serta mengamalkan pemahamannya itu, insya Allah akan
menghantar dan membawa suaminya kepada kebaikan dunia dan akhirat.
Wanita seperti ini akan mengurus dan memerhatikan suaminya ketika ia
ada bersamanya. Ia akan menjaga harta serta kehormatan diri dan suaminya
ketika suaminya tidak ada. Ia akan senantiasa membuat suaminya ridha
ketika suaminya marah. Ia akan mentaati suaminya ketika diperintah dan
senantiasa berbuat baik serta berbakti kepada suaminya. Wanita seperti
ini akan menjadi perisai dan benteng yang senantiasa siap dan sedia
mengingatkan suaminya agar senantiasa meniti jalan mardhatillah, jalan
yang diridhai Allah. Agar kebersamaan bukan hanya sekadar di dunia namun
berlanjut di akhirat kelak.
Memiliki Sifat Malu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rasa malu tidaklah
mendatangkan kecuali kebaikan.”
Wanita diciptakan memiliki rasa malu yang besar. Sayangnya, di zaman ini
rasa malu itu sudah semakin langka dan terkikis dengan dalih
emansipasi, persamaan hak antara laki-laki dan wanita. Tanpa malu,
wanita ikut maju dan tampil mengambil tempat dan bagian yang sedianya
hanya cocok untuk laki-laki. Bila sudah begitu maka rasa malu yang
merupakan sunnah seorang wanita akan ditepis dan disisihkan.
Seorang wanita yang memiliki dan memelihara rasa malu adalah wanita yang
terbaik. Rasa malu akan membuatnya menjaga kehormatannya. Rasa malu
juga akan menghalanginya untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh
syariat. Rasa malu akan menjaga dirinya dari bergaul dengan lawan jenis,
menampakkan perhiasannya selain kepada suaminya. Sikap ini akan membuat
suaminya kelak merasakan ketenangan dan kebahagiaan karena menyadari
kalau istrinya seutuhnya hanya miliknya dan terjaga dari pandangan dan
jamahan laki-laki asing.
Betah Tinggal di Rumah
Allah Ta’ala berfirman, “Dan tinggallah kalian di dalam rumah-rumah
kalian dan janganlah kalian berdandan sebagaimana dandan ala jahiliah
terdahulu” (QS Al Ahzab: 33).
Wanita diciptakan dan ditakdirkan untuk lebih banyak berdiam di rumah.
Rumah adalah hijab, pelindung terbaik bagi seorang wanita. Wanita yang
lebih banyak berdiam di rumah akan lebih selamat dan terhindar dari
fitnah. Wanita seperti ini juga dapat menyelamatkan masyarakat, utamanya
laki-laki dari godaaan fitnah wanita yang mana fitnah terbesar seorang
laki-laki adalah wanita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Sesungguhnya
perempuan itu aurat. Jika dia keluar rumah maka setan menyambutnya.
Keadaan perempuan yang paling dekat dengan wajah Allah adalah ketika dia
berada di dalam rumahnya” (HR Ibnu Khuzaimah)
Penyayang Dan Subur
“Nikahilah wanita yang penyayang dan subur! Karena aku berbangga dengan
banyaknya ummatku.” (HR. An Nasa’i dan Abu Dawud)
Salah satu alasan menikah adalah adanya keinginan untuk memeroleh
keturunan. Islam tidak melarang hal tersebut bahkan sangat menganjurkan.
Dari sebuah pernikahan diharapkan lahirlah generasi kaum muslimin yang
siap membawa panji-panji tauhid di muka bumi ini. Karenanya Rasulullah
menganjurkan untuk memilih calon istri yang subur agar nantinya ia dapat
melahirkan putra putri pelanjut generasi muslim.
Baik Nasabnya
Mengetahui nasab seseorang yang akan menjadi pasangan kita merupakan hal
yang penting untuk diketetahui. Sebuah keluarga memiliki peranan yang
besar dalam membentuk karakter, akhlak, keilmuan bahkan keimanan
seseorang. Seorang wanita yang tumbuh dalam lingkungan yang islami
biasanya akan terbentuk menjadi wanita shalihah dibanding wanita yang
tumbuh dalam lingkungan yang tidak atau kurang islami.
Menjadi wanita penyempurna separuh agama memang bukanlah hal yang mudah.
Namun jika semuanya dikerjakan dengan ikhlas dan hanya mengharap ridho
Allah semata maka semua akan terasa ringan. Semoga Allah senantiasa
memudahkan niat-niat kita. Aamiin.[]
Sumber Dari -> http://wahdah.or.id/wanita-penyempurna-separuh-agama/ .
Sumber Dari -> http://wahdah.or.id/wanita-penyempurna-separuh-agama/ .